Pemilihan Ketua BEM dan Politik Kampus
Beberapa
kampus di Jatinangor kini sedang ramai dengan masa yang hanya dilaksanakan setahun sekali : pemilihan umum BEM (Badan
Eksekutif Mahasiswa). Tak terkecuali Ikopin yang juga sedang menikmati pesta
demokrasi yakni Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM. Tidak
tanggung-tanggung, ada 4 calon kandidat yang bersaing memperebutkan posisi 'panglima’ organisasi intra kampus ini, cukup ramai jika dibandingkan dengan kampus tetangga yang cuma
punya 2 pasangan kandidat.
Awalnya,
saya tidak begitu tertarik untuk mengikuti berita dan masalah politik dalam
kampus. Hanya buang-buang waktu saja, pikir saya. Tapi entah kenapa aware itu tiba-tiba ketika
mengetahui pentingnya memahami politik, dimulai dari ranah kampus. Mungkin masih banyak mahasiswa (atau
bahkan masyarakat umum) yang sinis ketika disebutkan kata Politik. Politik itu kotor, kejam, dsb. Kenapa mesti
ngurus politik, mending ngerjain tugas kuliah yang menumpuk. Daripada sibuk
sibuk milih calon ketua BEM yang belum tentu bener juga, mending nongkrong sama
temen di kantin. Kurang lebih seperti itu contoh komentar mahasiswa apatis.
Se-pendek
itu kah pemikiran mahasiswa kita? Padahal, --yang juga baru saya sadari,
politik memegang peranan sangat penting dalam penentuan suatu kebijakan, entah
itu dalam ruang lingkup kampus atau Negara dalam lingkup yang lebih besar. Dengan
politik kampus, kita bisa belajar bagaimana memimpin sebuah organisasi, dan
lebih paham mengenai mekanisme politik (bagaimana seseorang dapat menjabat posisi tertentu). Kalau memang kita mempunyai
visi atau semangat untuk merubah kampus kearah yang lebih baik, maka dengan
ikut terlibat dalam politik kampus (dalam hal ini ikut memilih atau mencalonkan
diri menjadi ketua/wakil BEM) adalah langkah nyata dan rasional untuk membuat
visi itu menjadi kenyataan. Tidak hanya dengan mengkritik tanpa solusi, demo
anarkis atau bahkan berpikiran apatis.
Pemilihan
ketua Umum BEM tahun ini terlihat cukup ramai, visi dan misi tiap kandidat
sejalan untuk membangun Ikopin ke arah yang lebih baik. Janji-janji program
yang mereka sampaikan begitu nyaman didengar, walaupun kebanyakan dari mahasiswa
masih banyak yang menganggap program2 itu hanya janji semata. Program2 seperti
sinergi antar UKM, database alumni, optimalisasi fungsi koperasi dalam kampus,
dan (program yang membuat saya sangat tertarik) : Ikopin mengajar, adalah
sebagian kecil dari program kerja yang dikampanyekan oleh ke-empat kandidat.
Semoga saja,
siapapun nanti yang terpilih, dapat benar-benar menjalankan tanggung jawab nya
sebaik mungkin, lebih meng’hidup’kan dan meramaikan kegiatan UKM dikampus ini,
dan mengubah mindset mahasiswa Ikopin
untuk ‘cinta’ terhadap kampusnya sendiri, untuk bangga menjadi bagian dari
satu-satunya Perguruan Tinggi di Asia Tenggara yang concern terhadap Koperasi. Dan yang tak kalah penting, program
IKOPIN MENGAJAR yang dicanangkan salah satu kandidat, tidak menjadi janji manis
semata, tapi benar-benar dapat direalisasikan. Semoga saja.
Komentar
Posting Komentar