Few Weeks in Agroschooling 2015
Ada satu kegiatan yang membuat setiap sabtu
pagi saya di dua bulan terakhir kemarin menjadi lebih ceria dan bersemangat.
Bukan karena kiriman uang, ketemu idola atau dapat pulsa nyasar. Ini lebih dari
itu. Sebuah kegiatan sederhana, mengajarkan anak-anak SD tentang pertanian dan lingkungan, bagaimana menanam tanaman dengan kreatif dan fun (creative
farming). Walaupun sederhana, kegiatan yang bernama agroschooling ini bisa membawa
perubahan positif untuk anak-anak dan lingkungannya. Berawal dari sebuah Email YSEALI
Indonesia yang menginformasikan kegiatan ini, saya kemudian mencoba mendaftar dan terpilih sebagai salah satu
volunteer-- yang ternyata (lagi-lagi) lebih banyak didominasi kampus tetangga.
As a volunteer, kami diberi tugas mendampingi kelompok yang terdiri dari anak2 kelas 5 SD di dua Sekolah Dasar disekitar Jatinangor: SDN Cibeusi dan SDN
Cikuda. Mendampingi mereka selama 7 minggu untuk belajar materi-materi
pertanian dan lingkungan yang sudah disusun oleh panitia dari IAAS. Kebetulan saya dan beberapa yang lain ditempatkan di SDN Cikuda, yang jalan menuju kesana cukup menantang karena tanjakan nya.
Sejak dari pembukaan di minggu pertama, aura gembira sudah saya rasakan melihat tawa dari anak-anak SD ini, serasa pasokan energi baru muncul dengan melihat keceriaan di wajah mereka, yang bermain masih menggunakan seragam pramuka dan beberapa masih memakai seragam merah putihnya. Beberapa kali sering terbesit masa-masa SD yang bahagia, tanpa beban dan begitu bebas! haha. Walaupun ada juga nilai-nilai yang rasanya hilang didalam diri anak-anak Sekolah Dasar jaman sekarang, entah lah itu apa, hanya saja rasanya tidak seperti jaman saya SD dulu.
Sejak dari pembukaan di minggu pertama, aura gembira sudah saya rasakan melihat tawa dari anak-anak SD ini, serasa pasokan energi baru muncul dengan melihat keceriaan di wajah mereka, yang bermain masih menggunakan seragam pramuka dan beberapa masih memakai seragam merah putihnya. Beberapa kali sering terbesit masa-masa SD yang bahagia, tanpa beban dan begitu bebas! haha. Walaupun ada juga nilai-nilai yang rasanya hilang didalam diri anak-anak Sekolah Dasar jaman sekarang, entah lah itu apa, hanya saja rasanya tidak seperti jaman saya SD dulu.
Setiap sabtu
pagi, kami biasanya sudah standby di sekolah menunggu kelas lima yang biasanya masih belajar di kelas. Aji, Imel, Reni, Shafira, dkk adalah
anak-anak kelompok 1 di SD Cikuda yang selalu rajin setiap minggu nya mengikuti
agroschooling. Diantara mereka, Aji lah yang paling vokal, mungkin karena
biasanya dia menjadi satu-satunya laki-laki di kelompoknya. Sementara fira, imel
dan reni lebih senang diam dan mendengarkan. Susah-susah gampang untuk mendampingi mereka,
yang satunya masih malu-malu, satunya lagi selalu mau kabur ke kantin ketika lagi materi. Butuh kesabaran dan kemampuan 'lebih' memang untuk mengatur anak-anak yang penuh rasa ingin tahu seperti mereka.
Setelah kegiatan ini berakhir, saya menyadari bahwa bukan hanya
anak-anak ini yang belajar, diri saya sendiri juga banyak belajar dari mereka, plus bonus ilmu-ilmu baru tentang tanaman-tanaman sederhana. Setidaknya di kontrakan kini sudah ada kapiler sederhana yang ditanami kangkung dan satu tanaman kokedama terpampang di meja
belajar. Teknik-teknik bertanam ini memang sangat mudah di praktekkan dan menurut
saya cukup efektif untuk diajarkan ke anak-anak.
Sebenarnya
selain mengajarkan anak-anak SD ini tentang pertanian dan lingkungan, teman2 dari IAAS LC Unpad ini punya misi untuk mengubah paradigma orang-orang tentang pertanian
yang katanya (maaf) miskin, tidak modern dan tidak prospektif. Padahal coba
bayangkan bumi yang kita tinggali ini tanpa kehadiran petani, tidak ada makanan
yang tersedia di meja makan, dan artinya tidak ada kehidupan. Jangan lagi masih ada yang underestimate dengan petani, mereka
tak ubahnya pahlawan bagi kita. Mereka lah penyelamat hidup manusia.
-No farm, No food, No Life..
Lesson learned: Selagi masih ada waktu, sempatkanlah untuk ikut kegiatan2 sukarela, dijamin akan selalu ada pasokan energi baru dan rasa bahagia yang entah darimana asalnya~
-No farm, No food, No Life..
Lesson learned: Selagi masih ada waktu, sempatkanlah untuk ikut kegiatan2 sukarela, dijamin akan selalu ada pasokan energi baru dan rasa bahagia yang entah darimana asalnya~
His smile :)) |
Membuat Kokedama |
Di SDN Cibeusi |
PS : Alhamdulillah, tulisan sederhana ini masuk nominasi dalam finalis lomba blog kesukarelawanan IVD 2015 :))
Seru sekali kak Aulia. Jadi produktif, kan, hari sabtunya? Hahaha. Semoga tulisan kakak bisa menginspirasi orang-orang di luar sana biar lebih peduli tentang mengajarkan pertanian kepada anak-anak. Sekalian menghapus stereotype masyarakat tentang pertanian. Terima kasih sudah mau bergabung di Agroschooling. Sampai bertemu di Agroschooling berikutnya, ya, Kak! :)
BalasHapusBest Regards
one of member IAAS LC UNPAD