Cerita di Hari Inspirasi
Banyak dari kita yang mungkin
sudah mendengar program Kelas Inspirasi yang digagas pak Anies Baswedan ini.
Program dimana para professional izin cuti sehari untuk mengajar dan menginspirasi
anak-anak SD dengan misi yang sama: berkontribusi pada perbaikan pendidikan
Indonesia . Bayangkan professional yang tidak pernah mengajar sama sekali
diberi kesempatan berdiri didepan kelas untuk bercerita tentang profesi yang ia
tekuni.
Sebenarnya mendaftar sebagai
relawan di @KlsInpirasiBDG adalah kali kedua saya mencoba. Di KI3 saya belum
berhasil dan alhamdulillah baru di KI4 bisa terpilh sebagai relawan dokumentator. Karena
memang biasanya pengajar adalah mereka yang sudah punya pekerjaan atau profesi tetap. Tidak
masalah, yang penting kali ini bisa ikut ambil bagian di program ini.
Tanggal 24 februari 2016 adalah Hari
Inspirasi itu, dimana secara serentak kurang lebih 1000an relawan memberikan inspirasi di
68 SD se-Bandung Raya. Hari yang mungkin berbeda dari hari-hari anak-anak biasanya
di sekolah. Saya dan Kelompok 47 ditempatkan di SDN Ayudia Bandung, sebuah Sekolah Dasar didaerah Cicendo. Di hari itu saya sempat terlambat datang karena selain kesiangan, jarak Jatinangor-Cicendo yang memang cukup lumayan.
Sampai di SD pertama kali saya bertemu kang Irwan yang baru saja selesai masuk satu kelas, Kang Irwan adalah salah satu dari 12 Inspirator. Di kelompok 47 ini total relawan adalah 10 pengajar dan sebenarnya ada 4 dokumentator, tapi karena kurang pengajar, salah satu dokumentator ditarik jadi Pengajar. Para Inspirator itu ada Mba Westri (Marketing), Teh Ica (Analis Kesehatan), Pak Simon (Owner), Kang Aad (Engineer Control Service Operator), Kang Ade (Human Capital Business Partner), Teh Maylan (Guru TK), Teh Aci (Assesment Center Officer), Teh Mey (Production Staff), dan Kang Agvi (Pengajar cabutan :p) dan Teh Lenny sebagai pendamping. Nah dokumentator nya ada Hadi dan Kang Richi.
Sampai di SD pertama kali saya bertemu kang Irwan yang baru saja selesai masuk satu kelas, Kang Irwan adalah salah satu dari 12 Inspirator. Di kelompok 47 ini total relawan adalah 10 pengajar dan sebenarnya ada 4 dokumentator, tapi karena kurang pengajar, salah satu dokumentator ditarik jadi Pengajar. Para Inspirator itu ada Mba Westri (Marketing), Teh Ica (Analis Kesehatan), Pak Simon (Owner), Kang Aad (Engineer Control Service Operator), Kang Ade (Human Capital Business Partner), Teh Maylan (Guru TK), Teh Aci (Assesment Center Officer), Teh Mey (Production Staff), dan Kang Agvi (Pengajar cabutan :p) dan Teh Lenny sebagai pendamping. Nah dokumentator nya ada Hadi dan Kang Richi.
Ada perasaan senang dan kagum
ketika melihat langsung interaksi para inspirator ini dengan anak-anak di dalam
kelas. Wajah-wajah lugu yang begitu antusias mendengarkan cerita dari inspirator
yang berdiri didepan mereka. Sempat saya iseng bertanya kepada anak-anak yang
baru selesai dari salah satu kelas, “Kamu mau jadi apa?” jawaban mereka kebanyakan
masih umum seperti cita-cita kebanyakan kita waktu kecil: Polisi, TNI, Dokter,
Pilot. Walaupun ada juga jawaban yang membuat saya tersenyum, ada anak yang
bercita-cita ingin menjadi PNS, Pemadam Kebakaran bahkan Barongsai. Haha
[Spoiler] |
Saat istirahat, para inspirator
bercerita tentang pengalaman mereka berada dikelas. Semua cerita tentang
keseruan, kelucuan yang mereka dapat ketika menjadi pengajar. Ada juga cerita
prihatin ketika inspirator ini menanyakan cita-cita di kelas 5-6, ada anak yang
ingin jadi sixpack karena mau jadi pacarnya julia peres. Cerita yang menjadi
contoh dari dampak negatif media bagi anak-anak. Entah kenapa memang sejak ikut
agroschooling, saya melihat anak-anak kecil yang sudah mulai dewasa
sebelum waktunya. Bahkan saat saya, Hadi, Kang Agvi, Kang Irwan dan Kang Richi
melewati beberapa siswi kelas besar yang sedang duduk di sekitar sekolah, ada
yang berteriak beberapa kali, “A si ieu bogoh ka aa..” yang entah dia
menyampaikan itu kesiapa, tapi buat saya kata-kata itu masih belum pantas untuk
seumuran anak SD seperti mereka. Entahlah….
Mungkin terlalu cepat kalau saya
menyimpulkan wajah pendidikan Indonesia dari sini. Tapi setidaknya saya mendapat perspektif baru
bahwa memang masih banyak tugas yang harus diselesaikan para pendidik, dan para
orang terdidik untuk membantu memperbaiki pendidikan di negara kita. Semoga
program seperti kelas inspirasi ini bisa terus berlanjut, dan semakin banyak lagi
adik-adik kita yang berani bermimpi besar.
Dan setelah kembali ke rutinitas,
saya belum bisa move on dari wajah-wajah ceria di SDN Ayudia. Happy dan fun nya masih belum bisa hilang. Saya
setuju kalau ada yang bilang ikutan KI akan bikin ketagihan, mungkin salah
satunya karena berada diantara orang-orang dengan energi positif seperti para
Relawan di KI ini, yang dari mereka saya semakin yakin bahwa masih banyak
orang-orang baik, pahlawan-pahlawan sebenarnya di Negeri ini.
Komentar
Posting Komentar