Tentang 212
Bisa dibilang hari Jum’at tanggal
2 Desember kemarin merupakan salah satu hari bersejarah di Indonesia. Jutaan
umat muslim berkumpul di Monas untuk beribadah bersama. Aksi kali ini merupakan ketiga
kalinya dilaksanakan dan masih dengan tuntutan yang sama : menahan Ahok yang
diduga menistakan salah satu ayat suci di Al-qur’an. Dalam aksi kali ini saya
akhirnya bisa berkesempatan hadir dan bergabung bersama muslimin lainnya. Tidak ada niat lain atau
kepentingan politik yang mendasari keputusan saya untuk ikut disini. Meskipun banyak
rumor yang mengatakan seperti itu diluar sana, bahkan ada juga isu mengatakan bahwamereka yang
hadir dibayar uang 500rb. Naudzubillah.
Keputusan saya untuk ikut aksi kali ini tidak saya sesali bahkan saya bersyukur hati saya masih bisa tergerak untuk hadir disana, dan murni karena ingin beribadah dan ikut membela agama Allah –meskupun saya sadar diri siapalah saya yang penuh dosa ini ikut2an membela –at least, I ty to follow my heart. Saya tidak diam dan mendiamkan.
Keputusan saya untuk ikut aksi kali ini tidak saya sesali bahkan saya bersyukur hati saya masih bisa tergerak untuk hadir disana, dan murni karena ingin beribadah dan ikut membela agama Allah –meskupun saya sadar diri siapalah saya yang penuh dosa ini ikut2an membela –at least, I ty to follow my heart. Saya tidak diam dan mendiamkan.
Di hari itu saya beruntung bisa menyaksikan
kejadian-kejadian yang belum pernah saya saksikan sebelumnya. Tentang magnet
Al-qur’an yang menyatukan hati muslimin dari seluruh nusantara. Berangkat dipagi hari sekitar
pukul 06.00 dari kosan di Jakarta Timur, saya sudah terkagum dengan apa yang
saya lihat: beberapa kelompok peserta yang mengenakan baju koko putih lengkap
dengan sorbannya sudah mulai berjalan beriringan dengan membawa bendera dengan tulisan arab, sejak dari rawamangun –yang bagi saya jaraknya
masih cukup jauh menuju Monas. Ada juga yang menggunakan bis, mobil, dan motor
pribadi. Sedangkan saya dan beberapa orang lebih memilih menggunakan
transjakarta.
Tranjakarta di hari Jum'at |
Berhubung jalan menuju Monas sudah ditutup,
saya kemudian turun di Halte Tosari. Tampak beberapa kelompok mulai berjalan
mengarah ke Bundaran HI dari Jl. Jendral Sudirman. Saya kemudian berjalan kaki bersama
beberapa orang yang juga akan menuju ke Monas. Setelah tiba di Bundaran HI, kelompok
massa yang lebih besar mulai berdatangan. Saya kemudian mengetahui bahwa mereka
adalah massa GNPF MUI yang kabarnya berjalan kaki dari kota Ciamis itu. Mereka berteriak-teriak
dari atas mobil pickup yang berisi pengeras suara yang cukup besar. Satu per
satu mobil ini lewat dan kemudian disusul lagi dengan mobil berisi Jama’ah
lain. Di perjalanan saya mendengar ada kelompok yang menyanyikan lagu dengan
lirik kira-kira begini, “tangkap, tangkap, tangkap si Ahok, tangkap si Ahok
sekarang juga”, yang dinyanyikan berulang kali. Saya hanya bisa tersenyum mendengarnya.
Bundaran HI 2 Desember 2016 09.30 WIB |
Dari Bundaran HI saya kemudian
berjalan kaki bersama massa yang semuanya menggunakan kopiah atau sorban putih,
lengkap dengan poster dan spanduk spanduk yang berisi tuntutan untuk menangkap
Ahok. Di sepanjang perjalanan inilah saya kembali terkagum dengan apa yang saya
saksikan : Posko-posko kesehatan dan logistik berdiri disepanjang jalan dengan
relawan tim medisnya. Saya juga dengan mudahnya menemukan air mineral yang
disimpan di trotoar-trotoar yang disediakan untuk para peserta yang kehausan. Nasi
bungkus, nasi kotak juga dibagi-bagikan secara gratis. Satu hal lagi yang
membuat saya kagum adalah adanya tim kebersihan yang siap siaga dengan membawa trash-bag
nya berjalan memunguti sampah dan dengan ramah meminta peserta yang telah
selesai makan dan minum untuk menjaga kebersihan. Luar biasa! Saya kagum sekali. Pantas saja, sampai aksi selesai
kebersihan di seluruh tempat tetap terjaga.
Tim Medis |
Setelah berjalan melewati Halte Sarinah dan Bank
Indonesia, saya kemudian coba berjalan menaiki Jembatan Penyeberangan di Halte
BI dan mengambil gambar dari atas. Lautan manusia dibawah sana mulai dari Jl
Jendral Sudirman sampai di Patung Kuda membuat hati ini ingin menangis haru.
Belum lagi lantunan dzikir dan doa-doa dari panggung utama di dalam kawasan
Monas menambah haru. Suara Ust Arifin Ilham mulai terdengar memimpin dzikir. Jama’ah
disekitar patung kuda sudah mulai duduk menyiapkan diri untuk shalat Jum’at. Saya
sendiri hanya kebagian tempat di sekitar patung kuda ini berhubung didalam
Monas sudah penuh. Untuk mendapatkan tempat saya juga harus sedikit berjuang
dan berjibaku dengan jama’ah lain. Saya kemudian berpikir mungkin seperti
inilah gambaran keadaan di Padang Mahsyar nanti dimana manusia diseluruh dunia
berkumpul untuk menunggu gilirannya di adili.
Setelah ikut berwudhu di sebuah truck
berisi air bersih yang disediakan panitia, saya kemudian duduk beralaskan sarung
yang saya bawa di Kosan, sambil menunggu waktu Sholat Jum’at. Saat itu langit mulai mendung dan sesekali
turun hujan namun tidak begitu deras. Sesaat kemudian turun hujan mulai deras, dan jama’ah pun sontak berteriak
“Allahuakbar!” yang membuat saya semakin merinding. Menjelang adzan
dikumandangkan, Hujan turun semakin deras. Sarung dan tas saya mulai basah. Seluruh
Jama’ah akhirnya basah saat mendengarkan Khutbah Jum’at. Bahkan sampai selesai
shalat hujan terus turun seolah memandikan semua manusia yang ada disana. Sholat
Jum’at kali ini ditengah hujan dan bersama jutaan jama’ah disini mungkin tidak
akan pernah saya lupakan. Sholat Jum’at dimana qunut terlama yang pernah saya
ikuti. Hujan ini bagaikan tanda bahwa Allah mendengar doa-doa kami hari itu.
Setelah selesai Jumatan dan
berdoa, seluruh Jama’ah kemudian membubarkan diri tanpa meninggalkan sampah
atau apapun. Damai, seperti yang dijanjikan. Saya juga kemudian ikut pulang
dengan hati gembira, sama seperti yang lainnya, berharap aksi kali ini dicatat
sebagai ibadah olehNya. Hujan siang itu mulai perlahan berhenti. Dalam
perjalanan pulang didalam busway dengan badan yang sedikit menggigil, saya
sekali lagi bersyukur bisa ikut menyaksikan sendiri kejadian yang sangat jarang
ini. Seandainya anak saya kelak bertanya ayahnya dimana saaat aksi 2 Desember
ini, saya akan menjawab dengan bangga, “Ayah ikut disana nak, bersama jutaan muslimin
lainnya “ :)
Pulang |
Komentar
Posting Komentar