2020: A 5-Minutes Life-Changing Event
As usual, di akhir tahun biasanya saya suka menulis refleksi dari pengalaman hidup, mengambil pelajaran dan mereview kembali goals yang sudah dibuat. Kali ini meskipun agak telat, di bulan Januari 2021ini, ditemani secangkir es kopi susu di salah satu coffee shop favorit di kota Palu, I will write and share my notable milestones and highlights in 2020, in shaa Allah.
Well, bingung juga mau mulai darimana. Overall, 2020 I would say has been a toughest year so far. Mungkin juga bagi seluruh penduduk bumi, dengan ujian pandemi yang sampai tahun ini pun masih belum terlihat tanda-tanda akan berakhir. Dibalik segala kesulitan yang ada, kita bisa menemukan banyak sekali hikmah dibaliknya, seperti misalnya kita mulai sadar betapa lemah dan tidak berdayanya kita sebagai manusia, belajar hal dan skill baru, pengalaman-pengalam unik, dan pelajaran berharga lainnya.
For me personally, setidaknya ada 3 poin di tahun 2020 ini yang benar-benar mengubah diri saya secara total. Mari kita mulai satu per satu.
5 Menit yang Mengubah Peta
Di awal tahun ini, ada satu momen yang kejadiannya tidak lebih dari 5 menit tetapi dampaknya benar-benar mengubah seluruh peta kehidupan saya kedepannya. Momen sakral dimana jabatan tangan bapak penghulu menjadi tanda bahwa setelahnya kehidupan saya tidak akan pernah sama lagi. Yes, alhamdulillah, I complete my half deen (baca: setengah agama) di akhir bulan Februari tahun ini. Sebuah pengalaman yang saya sendiri sulit mendeksripsikan dengan detail bagaimana perasaan saya saat itu. Setelahnya pun sampai sekarang, saya kadang juga masih setengah percaya, tidak menyangka, dengan segala proses yang Allah mudahkan. Saya belajar bahwa dengan niat yang benar, Allah akan berikan petunjuk dan lancarkan jalannya. Selama kita jujur dan berusaha maksimal.
Pertanyaannya kemudian: bagaimana rasanya hidup setelah menikah?
Sepertinya terlalu cepat bagi saya untuk berbagi pengalaman karena umur pernikahan kami sendiri masih seumur jagung, belum juga genap satu tahun. Mungkin sekedar memberikan testimoni, bahwa apa yang selama ini disampaikan orang-orang yang memotivasi untuk segera menikah (dengan persiapan yang matang tentunya) itu benar sekali. Banyak hal-hal indah terjadi, nikmat ibadah yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Juga lengkap dengan asam garamnya, menjadi bumbu penyedap dalam rumah tangga yang membuat kita semakin mengerti satu sama lain. Terlebih bagi yang menikah beda budaya, dengan segala karakteristik, kebiasan dan culture yang berbeda butuh ekstra pengertian, pemahaman, dan kompromi. Yang paling penting masing-masing paham perannya dan punya tujuan dan musuh yang sama. Supaya lebih mudah nantinya jika ada kendala karena sudah punya framework yang sama. Dan juga yang tidak kalah penting adalah persiapan ilmu! Insya Allah suatu saat akan bisa menulis khusus tentang ini. *asik
Going Back Home
Di tahun ini juga, I made a bold decision untuk kembali ke rumah dan memulai episode baru. Walaupun ditengah sulitnya bepergian di masa pandemi, alhamdulillah tahun ini dilancarkan untuk bisa pindah dan kembali ke kampung halaman. Setelah beberapa bulan working from kosan di Jakarta, beberapa bulan kemudian berubah menjadi working from home dengan beda waktu 1 jam dari jam kantor. Alhamdulillah kantor juga tahun ini beradaptasi dengan segala keterbatasan, semua workshop dan kegiatan capacity building diubah ke virtual mode. I am fortunate enough masih sempat ikut merumuskan dan mendesain konsep online incubation untuk rekan-rekan social enterprise, sebelum akhirnya saya memutuskan resign juga, dengan alasan: ingin kuliah lagi.
I would like to thank you rekan-rekan di Instellar untuk ilmu, pengalaman dan keseruan selama 2 tahun terakhir. Ada banyaaaaak sekali hal berkesan dan sulit dilupakan selama disini, terutama cekokan mindset mission-driven yang semoga selalu terpatri dalam diri ini. Sebuah kehormatan bisa berkesempatan bekerja disini, diberi kesempatan jalan-jalan ketemu founder2 usaha sosial yang menginspirasi, dan tentunya berkolaborasi dengan rekan-rekan kerja yang passionate, yang santai tapi serius hahaha.
Bakalan kangen sama pecel ayam depan RS Mintohardjo, nge go-food es kopi susu keluarganya Family Mart, mie ayam basonya pak Yudi dan sup jagungnya warung makan Evi! *aakkkk
Jadi Mahasiswa Lagi
Yang terakhir, seperti yang saya tuliskan sebelumnya di sini, tahun 2020 alhamdulillah Allah berikan kesempatan untuk menimba ilmu lagi. Meskipun harus bertemu lagi dengan matematika, statistik dan makhluk baru bernama econometrics haha. Dan karena pandemi, kuliahnya tetap jalan dengan sistem online, walaupun masih semester 1, tapi mata kuliahnya sudah ada 5 dan masing-masing mata kuliah itu sekitar 6 ECTS (satu ECTS sekitar 28 study hours), seolah-olah 24 jam kita mau dimanfaatkan semua dalam 1 semester sama para dosen. Untungnya karena semua sesi di kelas itu direkam, jadi bisa dinonton di lain waktu.
Agak canggung rasanya setelah beberapa tahun tidak kuliah lagi, tahun ini memang ujiannya cukup menantang, harus membiasakan diri untuk baca ribuan lembar papers dan belajar lagi academic writing. Belum lagi nanti menjelang semester 2 harus menyiapkan ujian akhir semester sambil siap-siap untuk travel ke Italy karena udah mandatory berangkat (meskipun kelasnya tetap online juga :’)
Sekian dulu cerita highlights tahun ini, can’t wait to start my new episode in 2021, semoga Allah berkahi waktu dan kehidupan kita semua. Aaamiin!
Komentar
Posting Komentar