Defending Iman
Tidak terasa tahun ini kita sudah berada di bulan suci Ramadhan, bulan mulia yang ditunggu-tunggu umat muslim di dunia, dengan segala keistimewaannya. Alhamdulillah, ditahun ini juga atas izin Allah, I spent my entire Ramadan di negeri orang, di sebuah kota yang jaraknya berpuluh ribu kilometer dari kampung halaman. Today, I will try to share a bit about my experience doing fasting here in Torino, and also will share some practical tips and guides for my muslim brothers who might be visiting this city in the future.
One thing I feel so challenging is
–of course –the duration. Sebagai orang Indonesia yang terbiasa puasa Ramadan dengan
durasi antara 13-14 jam ‘saja’, bisa bertahan sampai waktu maghrib, melewati
satu hari puasa disini rasanya seperti sebuah pencapaian besar. It is tough!
I called it an achievement :) #alhamdulillah
Bagaimana tidak, di bulan
April-Mei ini, yaitu dimana waktu peralihan antara musim semi ke summer –sehingga
siangnya pun menjadi lebih lama – durasi puasanya kurang lebih 15 sampai 16 jam
sehari. Di bulan pertengahan bulan April ini, sebagai gambaran, waktu adzan
subuh disini sekitar pukul 05.15 dan waktu maghribnya sekitar pukul 20.15
–namun waktunya berubah semakin lama di akhir Ramadhan (pertengahan Mei) dimana
subuhnya dari jam 04.30 sampai jam 21.10 malam. I would say it’s not that easy.
Apalagi dengan menjadi minoritas membuat tantangannya semakin berat. That’s
why I really appreciate my fellow muslims here who already did these fasting
for years.
Dan ditengah situasi pandemi ini,
aktivitas ibadah masih dibatasi, dengan protokol kesehatan yang disiplin. Saat
ini status kota Turin (di region Piedmont) baru saja berubah dari yellow
ke orange zone sehingga aturan restrictions nya lebih ketat. Coffee shops
dan restaurant tidak diizinkan untuk dine-in. Untungnya beribadah masih
dibolehkan dengan menjaga jarak dan hanya sampai jam 10 malam.
Karena disini waktu Isya nya sekitar
jam 9an (di awal Ramadan), maka waktu pelaksanaan shalat maghrib, isya dan
tarawih dilakukan secara berurutan sehingga sebelum jam 10 biasanya sudah
selesai shalatnya. Jadi kalau ikut shalat berjama’ah, kita baru bisa makan malam
di jam 10 keatas hehe. Awal-awal rasanya aneh ketika jam sudah menunjukkan
pukul 19.30 tapi langit masih terang. Apalagi kalau masih terbiasa dengan biological
hours di Indonesia dimana jam 5 sore udah standby menatap jam dinding
menunggu adzan maghrib –rasanya waktu disini kok jadi lama banget heheh #astaghfirullah
Oh iya, alhamdulillah disini masih ada masjid yang menyelenggarakan shalat tarawih, yang letaknya tidak begitu jauh dari kostan. Namanya masjid Taiba. Di masjid ini setiap malam Ramadhan menyelenggarakan tarawih sampai 8 raka’at, ditambah 3 raka’at shalat witir. Tidak ada ceramah antara Isya dan Tarawih seperti yang biasa dilakukan di Indonesia. Sebagai mahasiswa dan anak kosan, disini minusnya adalah tidak ada acara buka puasa bersama, jadi tidak ada kesempatan untuk dapet takjil gratis hehe
Masjid Taiba - my favorite mosque in Torino |
Masjid Taiba ini adalah masjid
favorit diantara masjid yang pernah saya kunjungi disini. Bukan hanya karena
letaknya yang memang dekat dari kostan, tapi karena pelaksanaan ibadahnya sudah
sesuai sunnah (insyaAllah), jama’ahnya yang ramah (mostly dari Maroko dan
beberapa Negara di Afrika), dan bacaan imamnya yang adem. Alasan lainnya yang
bikin betah adalah karena di dalam masjid ini ada mesin pembuat kopi otomatis (vending
machine) yang menyediakan berbagai jenis kopi dengan harga murah hehe. Cukup bawa
koin 50 cents sudah bisa dapat satu cup espresso atau long coffee yang rasanya super
pait –biar ga ngantuk pas tarawih😊
Suasana masjid ditengah pandemi |
Mempertahankan iman
Saya beruntung punya orang tua yang selalu mengingatkan untuk mendahulukan dan menomorsatukan agama terlebih dahulu dibanding dunia. Nasehat ini menjadi sangat berarti ditengah lingkungan yang begitu diverse, yang multikultural dan multifaith. Berinteraksi dengan berbagai macam pemikiran yang berbeda, kepercayaan berbeda dari belahan dunia lain adalah kesempatan sekaligus resiko besar dibaliknya jika tidak ditolong oleh Allah. Saya beberapa kali berdiskusi dengan teman yang atheis tentang agama, yang awalnya heran kenapa saya menolak tawaran ‘minuman’ atau tidak makan Maiale (babi) khas Italia. Those discussion opening my mind and give me new perspective on how other people thinking and seeing the world. Terkadang juga bisa jadi kesempatan untuk menyampaikan bagaimana Islam dan seorang muslim memandang sebuah permasalahan. Sekali lagi tentu bukan hal yang mudah jika tidak ditolong Allah.
Salah satu hal yang penting untuk dijaga dalam rangka mempertahankan iman adalah mencari makanan halal. As I promised above, I will share some tips and guide on how finding halal food here in Torino. Sebenarnya tidak begitu sulit untuk mencari makanan halal disini, karena ada cukup banyak restoran milik orang Turki atau Maroko disetiap sudut kota. Tinggal search ‘kebab’ atau pizza kebab di google maps, akan banyak muncul list restoran yang bisa kita datangi. Favorit saya adalah pizza kebab di Mesopotamia Grandoo dekat Environment Park. Jika bosan dengan menu kebab, mungkin bisa mencoba untuk memasak ayam atau daging sendiri di rumah atau di kosan. Karena selain ayam potong atau daging di supermarket kurang meyakinkan halal atau tidaknya, dan juga toping pizza atau pasta juga masih abu-abu, maka memasak adalah opsi paling murah dan aman hehe. Tapi opsi memasak ini tidak recommended jika di masa ujian karena sepertinya tidak ada waktu lagi untuk hal lain selain belajar. Membeli daging yang halal bisa didapatkan di Alimentari (toko daging) halal yang bisa ditemukan di daerah Barriera di Milano (sepanjang jalan Corso Giulio Cesare) yang mana daerah ini memang banyak tinggal imigran dari Maroko, Afrika dan sekitarnya. I called it Kampung Arab, hehe.
Alimentari - toko daging Halal |
Untuk yang vegan, bisa jadi lebih
mudah lagi karena supermarket disini menjual banyak sayuran dan buah dengan harga murah.
Supermarket favorit saya adalah Lidl dan Mercato, atau kalau mau lebih murah
lagi bisa beli di local market seperti di Porta Palazzo. Sayuran seperti brokoli, dan mushrooms disini menurut saya murah-murah. Di dekat Porta Palazzo
ini juga ada toko makanan china (Chinese food) dimana kita bisa menemukan cabe,
tahu dan Indomie! ;)
Banyak pilihan sayur dengan harga murah di pasar lokal |
Selain makanan halal, di Porta Palazzo
juga ada dua masjid yang dekat, yaitu Moschea La Pace dan Masjid As-Sunnah.
Buat shalat Jum’at, selain di Masjid Taiba, bisa juga di Masjid Omar Ibn Al Khattab di dekat Porta Nuova dan Parco Valentino. Masjid lain juga ada di dekat Parco Dora,
namanya Moschea La Palma.
Sebenarnya ada beberapa masjid lagi yang bisa kita temukan di Turin, bisa
dengan mudah kita temukan di google maps, walaupun kadang juga nemu masjid yang
tutup.
Semoga beberapa tips diatas
membantu untuk menemukan tempat beribadah dan toko makanan halal untuk
teman-teman muslim yang berkunjung kesini. That’s all from me today, hope it helps!
#livelife
Komentar
Posting Komentar