Various Trips In A Week
After almost two months back to Indonesia and living in Jogja for a moment, tidak terasa waktu untuk kembali merantau sudah didepan mata. I can’t describe my feelings ketika bertemu langsung dengan Asma pertama kali, still can’t believe I am a father now. Perasaan yang mungkin dirasakan setiap ayah baru, emosi dan perasaan bercampur aduk, bahagia sekaligus khawatir dengan tanggung jawab dan peran baru. Alhamdulillah, atas nikmat dan amanah yang Allah titipkan, feel like I have to adapt again with this ‘new normal’ for me.
Jadi selama di Indonesia dari pertengahan Juni kemarin, kami sekeluarga menetap sementara di Jogja, setelah beberapa hari sebelumnya di Purworejo. Alasan pertama nya sederhana: supaya bisa mengasah skill sebagai orang tua baru. Alasan lainnya adalah, karena masih ada dua final exam lagi yang harus diselesaikan, jadi, butuh lingkungan yang kondusif untuk fokus belajar preparing for those exams. Jogja jadi pilihan karena selain kondusif, biaya hidupnya lumayan affordable juga hehe. Dan alhamdulillah, semuanya Allah mudahkan dan lancarkan, dengan nilai ujian yang keluar cukup memuaskan. Waktu bersama keluarga juga jadi lebih banyak, well spent, alhamdulillah.
A magic view fromin Purworejo |
Sampai akhirnya, another semester is about to come which forced me back to reality. Liburan terasa cepat sekali. Karena bulan September ini perkuliahan semester tiga akan dimulai, dan kuliahnya sudah offline, jadi harus berangkat lagi. As I already mention before, this time I will go to Paris, France, to spent my third semester in there. It’s really exciting to have another experience in a new city, in a new country, but the challenges are not that easy as I think. Apalagi harus mengurus visa ke Perancis dimasa pandemi ini, dimana semua berkasnya harus diurus di Jakarta. Belum lagi soal syarat naik transportasi umum yang mengharuskan sertifikat vaksin, sementara jenis vaksin yang tersedia waktu itu kebanyakan bukan vaksin yang diakui oleh Uni Eropa. Jadinya bolak-balik Jakarta-Jogja naik bus AKAP, yang nama busnya masih terus teringat: Rosalia Indah. Tipikal bus antar provinsi yang didalamnya ada TV dimana lagu2 dangdut jawa yang diputar dan diulang-ulang sampai bikin penumpangnya hapal ketika sampai hahaha. Di Jakarta juga sempat ada pengalaman ketipu sama calo bus di terminal Pulogebang, tiketnya dimahalin dan ternyata busnya buka ke Jogja tapi malah ke terminal bus Tirtonadi di Solo :( hahaha tapi seru juga pengalaman pertama ini dan hikmahnya jadi paham bisnis percaloan di terminal.
Long story short, alhamdulillah Allah mudahkan kembali ke benua biru. Karena urusan visa belum selesai di Jakarta, saya memutuskan untuk mengurusnya dari Italy, karena masa berlaku visa disini masih cukup panjang. Ngurus visa Perancis dari sini ternyata tidak semudah itu. Pertama yang saya butuhkan adalah Permesso di Soggiono alias residence permit yang dikeluarkan pemerintah Italia, yang mengharuskan saya kembali ke Turin untuk untuk mengurusnya. It’s not an easy process to get the permesso too, birokrasinya yang lama untuk bisa dapat appointment butuh sabar dan banyak berdoa. Alhamdulillah singkat cerita, akhirnya saya mengajukan visa lewat French Embassy di Roma, dan alhamdulillah lancar tidak ada kendala yang berarti. Sekalian juga, tentunya jalan-jalan keliling kota Roma, ngeliat koloseum untuk pertama kalinya.
On the first flight from Jakarta to Amsterdam |
Kolosseum di Roma |
Oh iya, sebelum tiba di Roma, sehari sebelumnya I went to Milan for short escaped, sekalian bertemu teman yang juga lagi liburan disana. Karena jarak Turin-Milan cuma satu jam-an dengan Bus, jadinya seharian bolak-balik rasanya sudah cukup. I visited San Siro Stadium and take some pictures here, sekalian memenuhi request sepupu yang super ngefans sama klub Inter Milan yang bermarkas disini.
San Siro Stadium di Milan |
From Rome to Paris
Setelah urusan visa di Rome
selesai, it’s time to travel to France! Padahal masih agak mabok dengan
8 jam perjalanan darat dari Turin ke Roma beberapa hari sebelumnya, kini harus
naik bus lagi dari Roma ke Paris. Kenapa naik bus? pertama karena tentu saja
lebih murah, lewat perjalanan darat kita bisa menikmati pemandangan yang lebih kaya.
At a Milan Lampugnano Station |
Bus yang saya tumpangi ini namanya
FlixBus, brand yang cukup terkenal dikalangan budget travellers. Perjalanan
dari Roma ke Paris kurang lebih 14 jam, dengan traffic dan kecepatan yang
normal. Kebayang gempornya seperti apa duduk di-bus berjam-jam. Untungnya
FlixBus ini punya fasilitas cukup memadai, seperti ada colokan, meja lipat, dan
toilet. Beberapa kali
juga driver nya berhenti di rest-area, disinilah kesempatan untuk
beristirahat dan membeli snacks atau minuman hangat. Dan naik FlixBus ini
sebenarnya agak lama dari bis direct yang lain, karena di beberapa kota yang dilewati,
busnya berhenti untuk mengambil penumpang. In my trip, seinget saya busnya
berhenti di Florence, Bologna, Genova, sama Turin, terus lanjut sampai ke
Paris. Jadi sepertinya kurang cocok untuk yang pengen cepat sampai tujuan.
Berhenti di Terminal di kota Bologna |
Bus kami melewati jalur searah Bardonecchia,
perbatasan antara Perancis dan Italia, sekitar jam 2 atau 3 dini hari. ada dua
orang police border yang naik kedalam bus dan mengecek dokumen perjalanan
seperti passport dan pass sanitaire. Karena belum vaksin, I got a free
antigenic test di dekat stasiun di Roma sehari sebelum berangkat. Lumayan
saving 25 euros hehe.
Dan perjalanan dilanjutkan,
pagi itu sunrise terlihat indah sekali dari jendela bus ini, matahari yang
perlahan muncul dan menyinari pepohonan bunga matahari yang ditanam berjejeran
sepanjang perjalanan.
Sesaat sebelum tiba di Paris |
Beberapa jam kemudian, pagi itu bus kami tiba di Paris-Bercy, sebuah terminal di pusat kota Paris. Perasaan aneh dan asing yang pernah dirasakan itu datang lagi. Mungkin karena masih mabok juga berjam-jam di bus tadi hehe. Dan yes, finally, I arrived here, a city that will be my next stop for new journey, ready to immerse myself and experience new things.
Semoga Allah mudahkan melewati semester ini, selesaikan amanah ini sebaik mungkin. Aamiin allahumma aamiin.
#LiveLife
Komentar
Posting Komentar