Musuh dari Syukur
Alhamdulillah di tahun ini, Allah masih beri kesempatan bertemu bulan Ramadhan lagi. Kali ini masih spesial karena bersama keluarga seperti tahun kemarin, menikmati jalangkote dan kue tetu setiap berbuka. Kesempatan untuk beribadah, dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Momen-momen yang selalu ditunggu dan sayang jika dilewati tanpa ‘kesadaran utuh’ dan menganggap nikmat ini sebagai hal yang biasa, sesuatu yang taken for granted. Karena seringnya bertemu dengan sesuatu kadang menghilangkan sensitifitas perasaan.
Seperti kaidah yang pernah saya dengar dari salah satu kajian Ustadz Nuzul Dzikri -hafizhahullah bahwa “Seringnya berinteraksi bisa mematikan sensitifitas”. Karena setiap hari bertemu, sehingga perasaan bosan mulai menyerang. Antusiasme yang dulu ketika pertama kali bertemu mulai hilang. Sama halnya dengan bulan Ramadhan, yang kita lewati bertahun-tahun, terasa biasa saja, dan tidak semangat untuk menyambut bulan penuh ampunan ini, naudzubillah.
Dengan menyadari bahwa kenikmatan yang dirasakan saat ini, yaitu bertemu kembali bulan Ramadhan dan bersama keluarga adalah nikmat yang sangat besar yang tidak semua orang bisa merasakannya, maka in sya Allah kita akan lebih memaknai momen-momen ini dengan rasa syukur dan antusias. Lebih semangat tarawih, sahur dan melakukan ibadah-ibadah lainnya. Memaknai bahwa mungkin saja ini adalah kesempatan terakhir kita bertemu dengan Ramadhan.
Karena sebagai manusia, walalupun kita punya banyak hal yang seharusnya disyukuri, rasa syukur tidak datang dengan mudah dalam diri kita. Karena perasaan tidak bersyukur ini memang default kita sebagai manusia, hanya sedikit sekali yang mampu bersyukur. Padahal manfaat rasa syukur ini banyak sekali, dan sudah banyak penelitian di bidang psikologi yang meng-confirm hal ini. Misalnya dalam episode Hidden Brain - Enemy of Gratitude dijelaskan bahwa manusia akan mencapai level terbaiknya, lebih bahagia, punya hubungan yang lebih baik ketika merasakan emosi syukur.
Meskipun kita sudah tahu sejuta manfaat dari syukur, tetap saja tidak mudah untuk mempraktikannya, apalagi setiap hari. Semoga Allah tolong kita untuk jadi hamba yang besyukur dan memaknai setiap momen yang berharga dalam hidup ini. Aaamiin.
One fine day in this Ramadan, alhamdulillah |
Komentar
Posting Komentar