Menghadirkan Rasa


Salah satu personal core values yang sedang saya pegang saat ini dan semoga seterusnya adalah berusaha untuk mencari pengalaman baru dan melakukan perjalanan ketika itu bisa
deepen meaningful relationship and renew or foster personal growth. Terkadang rasanya saya mudah sekali untuk terperangkap dengan rutinitas itu-itu saja, terlebih dengan role sebagai researcher saat ini yang dominan berkutat didepan laptop, menulis dan membaca journal berpuluh-puluh halaman.



That’s why I made the decision to travel back to Indonesia temporarily this month, untuk menikmati beberapa hari berpuasa di bulan Ramadhan bersama keluarga. Meskipun sebenarnya masih ada beberapa kelas yang harus diikuti, namun setelah mendapat izin dari supervisor untuk menengok anak kedua yang alhamdulillah lahir di bulan Januari kemarin, saya kemudian berangkat ke Indo setelah pulang dari pertemuan di Barcelona kemarin. This made me had a long back-to-back travel from Bucharest-Jakarta then Central Java sebelum kemudian beberapa hari sebelum lebaran berangkat ke Palu.


A few minutes before take-off


I know this privilege -travel between continents – should be followed by gratitude and giving back to society. Terlebih di bulan Ramadhan ini adalah momentum untuk berbagi, dan reflect what we can share and do better for people and the environment.


Dalam perjalanan dalam kereta lokal bandara Yogyakarta, sembari melihat hamparan sawah di daerah Kulonprogo, pikiran-pikiran tentang banyak hal tiba-tiba muncul berseliweran bagaikan awan. Mulai tentang keputusan melanjutkan studi, membawa keluarga ikut ke Bukares, tugas paper yang menumpuk, sampai dengan upcoming exam yang menunggu waktunya. Seems like overthinking is my nature hahaha



View from train's window


Then alhamdulillah, after berlebaran di Indonesia,
recently I am already cak in Bucharest again to follow some classes that I’ve missed. Dan melanjutkan draft paper yang masih tertunda. Perlahan sepertinya mulai menerima keadaan dan role baru saat ini. Harus terbiasa dengan menulis gaya akademik, travel to conferences dan membaca puluhan journal. Still stuggle tough, but as long as we try to love what we do, in sya Allah nanti aktivitas-aktivitas yang kita kerjakan akan mulai punya rasa lagi dan tidak hambar. Semoga Allah mudahkan semua urusan-urusan kita aamiin


Back to the reality~


Komentar

Postingan Populer